LIPIA dan Fiqih Empat Mazhab
Empat Mazhab
Oleh : Ahmad Sarwat
Biarpun LIPIA itu lebih dikenal sebagai kampus Wahabi, sebenarnya justru sangat NU sekali kalau bicara dari sisi ilmu fiqih yang secara resmi diajarkan.
Oh ya? Kok bisa?
Jadi gini saya kudu jelaskan dulu duduk perkaranya.
Sejak berdiri sebagai Universitas cabang Jamiatul Imam, Kampus LIPIA di Jakarta itu punya program S-1 Fakultas Syariah jurusan Perbandingan Mazhab.
Dari nama jurusan saja kita tahu bahwa kampus ini berorientasi pada fiqih 4 Mazhab. Dan salah satunya tentu saja Mazhab Syafi'i.
Maka kalau sampai ada anak ngaku LIPIA tapi kok malah anti Mazhab, saya yakin sekali dia tidak pernah duduk di S-1 nya.
Mungkin dia cuma ikut program I'dad Lughawi, Takmili atau program lainnya.
Soalnya kalau kuliah S-1 betulan, sudah pasti sangat respek pada Mazhab fiqih yang empat. Karena core bisnisnya memang disitu.
Atau . . .
Mungkin saja dia dropt-out atau seperti nasib kebanyakan lulusan perguruan tinggi di negeri kita yang ketika lulus malah bekerja di luar bidang yang dipelajarinya.
Mirip teman saya, S-1 nya lulus di pertanian, tapi alih-alih bertani, malah jadi ustadz. Seharusnya kan ngurus lahan, pembibitan, pupuk, jual hasil panen dan sejenisnya. Lha ini malah sibuk ngotak ngatik ilmu aqidah.
Asal tahu saja bahwa kuliah S-1 LIPIA itu tiap hari membahas fiqih. Mata kuliahnya 5 SKS tiap hari pasti ketemu 4 Mazhab.
Dan pastinya belajar Ushul Fiqih juga sampai gosong. Saya masih ingat kitab Raudhatun Nazhir yang kita pelajari di semester 8 dengan tegas mengatakan bahwa semua kita ini tidak ada yang jadi Mujtahid. Kita semua ini muqallid, bahkan juga bukan muttabi'.
Dan sebagai muqallid, tugas kita sudah jelas yaitu bertaqlid kepada mujtahid, khusus salah satu dari empat Mazhab yang muktamad.
Saya lulus LIPIA dengan doktrin tegas seperti itu. Bahkan sekedar talfiq dan Gonta ganti Mazhab pun tidak pernah direkomendasikan.
Kok bisa sih LIPIA kayak gitu?
Sederhana sekali. Untuk jadi pengajar di LIPIA kan harus profesor atau doktor di bidang fiqih empat Mazhab.
Kebanyakannya dosen saya memang datang Al-Azhar Asy-Syarif Mesir. Semua pasti bermazhab. Sedangkan dosen-dosen Saudi agak jarang yang ngajar mampu mengajar fiqih atau Ushul Fiqih. Soalnya fiqihnya empat Mazhab.
Tapi semua itu kalau bicara secara fiqih, sedangkan kalau secara tasawuf terus terang paham LIPIA kurang sejalan dengan NU. Begitu juga kalau bicara masalah Aqidah. Ketemunya ya di Fiqih itu sebenarnya.
Maka kalau hari ini LIPIA 'dibekukan' dimana lulusan tahun 2020 keisini ijazahnya tidak diakui oleh Kemenag, saya jadi rada paham.
Kasihan lulusan sekarang para tidak bisa meneruskan S2. Soalnya dalam akreditasi hasilnya NOL besar, dianggap kampus liar tak berijin.
Link sumber tulisan : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0xHKGz7AQSJg3vYa1mSAetU8AX8e28JKKmLFrpKjmWFb8YMFnAfr4HEe4Xa66u3aJl&id=100000219936471&mibextid=Nif5oz

Komentar
Posting Komentar