LIPIA Jakarta Nikmat Allah Bagi Muslimin Indonesia
"LIPIA Jakarta, Nikmat Allah Bagi Muslimin Indonesia"
Oleh : ابو العباس امين الله
Kita harus banyak bersyukur kepada Allah kemudian kepada kerajaan Arab Saudi (pemerintah dan rakyatnya), karena mereka tidak pernah berhenti membantu kaum muslimin di negeri tercinta ini... tanpa meminta imbalan apapun dari kita!
Jika ingin ditulis kebaikan Arab Saudi atas bangsa ini secara umum, dan kaum musliminnya secara khusus, niscaya dibutuhkan beribu-ribu lembar banyaknya... ini nyata, bukan berlebihan!
Saya adalah salah satu dari jutaan kaum muslimin yang mendapat kebaikan -yang tak berbalas selain doa- dari mereka.
Ketika saya belajar di Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran, saya diajar oleh beberapa guru bantu dari Arab Saudi... setiap 4 tahun sekali Kementrian Pendidikan Arab Saudi mengirim ratusan guru bantu ke Indonesia, diantaranya ada 2 guru yg ditugaskan mengajar di Pesantren Islam Al-Irsyad. Para guru tersebut mengajarkan bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman. Dan taukah anda? Pemerintah Arab Saudi yang menanggung segala kebutuhan para guru tersebut, (transportasi PP setiap musim libur dan gaji yang katanya perorang setara dengan 40juta-an rupiah).
Saya pernah terpikir, "apa keuntungan yang didapat oleh pemerintah Arab Saudi dari proyek ini?". Kemudian saya jawab sendiri, "ah, sepicik itukah pikiranku, menduga-duga segala kebaikan orang lain dengan maksud dan tujuan tertentu?!"
Belum habis rasa heran dan takjubku kepada pemerintah Arab Saudi, ketika Allah takdirkan saya melanjutkan studi ke LIPIA Jakarta.
LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) adalah salah satu sekolah tinggi cabang dari Universitas Al-Imam di Riyadh, Arab Saudi. Dikampus biru kembar itu, belajar sekitar 1.000-an mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia.
Dan taukah anda? Seluruh mahasiswa yang belajar disana mendapat 100% beasiswa, tidak hanya itu, bahkan setiap mahasiswa diberi secara cuma2 kitab2 yang dipelajari... juga masing2 mendapat santunan bulanan sekitar 200 Riyal Saudi (setara 500.000 - 600.000 rupiah).
Saya kembali terpikir, "apa keuntungan yang didapat oleh pemerintah Arab Saudi dari proyek ini?". Kemudian saya jawab sendiri, "ah, sepicik itukah pikiranku, menduga-duga segala kebaikan orang lain dengan maksud dan tujuan tertentu?!"
Tentang LIPIA, pemerintah Arab Saudi membuka 1 fakultas untuk jenjang sarjana, yaitu Syari'ah. Disana para mahasiswa diajari ilmu bahasa Arab, fikih, ushul fikih, hadits, tafsir, tahfizh Qur'an, aqidah, dsb...
Para alumninya pun bertebaran diberbagai lembaga pendidikan agama di Indonesia, utamanya pesantren.
Namun sebagaimana kata orang, "hidup ini takkan lengkap tanpa cacian"... LIPIA dituduh oleh sekelompok orang diseberang sana sebagai "wahabi", dan oleh orang diseberang yang lainnya sebagai "hizbi". Dua nama yang bertolak belakang. Ironis.
Saya pernah bertemu dengan salah seorang kawan yang orang tuanya melarangnya sekolah di LIPIA.
"Kenapa?", tanya saya.
Dia jawab, "kata abi manhajnya gak jelas".
Saya hanya tersenyum kecut mendengarnya.
Dilain kesempatan, saya juga pernah dengar ungkapan, "kuliah dimanapun sama saja, mau LIPIA atau kampus umum, yang penting Istiqomah...". Oh, alangkah manisnya ungkapan itu... dia lupa bahwa jelas beda, antara orang yang setiap hari membaca dan mendengar ilmu agama, dengan yang sehari2 bercampur baur lelaki dan perempuan mempelajari ilmu dunia.
Sebagian yang lain mulai menghitung2 beberapa nama orang yang pernah belajar di LIPIA namun dianggap menyimpang. Kemudian diapun berkata dengan penuh kejahilannya, "LIPIA ini manhajnya apa sih, kok alumninya gado-gado?".
Tidakkah mereka sadar, ketika mereka memasukkan anaknya ke pesantren, maka insya Allah akan didapati disana ada alumni LIPIA yang mengajar disana? Bahkan banyak pesantren hingga kini "berburu" alumni LIPIA untuk mengajar di pesantren tsb... mungkin benar ungkapan, "hanya orang berilmu yang bisa menghargai ilmu..."
Saya mengetahui, ada banyak sekali kawan alumni LIPIA yang masih istiqomah berpegang teguh dengan idealisme keikhlasan, mereka bertebar di berbagai lembaga pendidikan Islam di nusantara, jauh dari hingar bingar Ibu Kota, jauh dari kenarsisan dunia maya, dan jauh dari gaji "layak" dalam kacamata banyak alumni perguruan tinggi lainnya.
Mereka tidak dikenal, karena posisi mereka selalu dianggap sebagai "pelengkap" semata... redup diluaran sana karena cahaya nama pimpinannya yang begitu terang... namun jasa mereka dalam mendidik santri jauh lebih besar, mereka bekerja dengan ikhlas, juga mereka tetap menjaga nama besar pimpinan pesantrennya (menurut saya demikian, walaa uzakki 'alallahi ahadan)... para pimpinan pesantren itupun tetap dipercaya oleh banyak orang lantaran keberhasilan para alumni LIPIA (setelah izin dari Allah tentunya) dalam mendidik para santri, disaat para pimpinan tersebut sibuk berceramah didunia nyata ataupun maya, berkeliling pelosok nusantara, hingga ke negeri seberang sana...
Tiba-tiba saya teringat sebuah penggalan hadits yang artinya, "tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak mampu bersyukur kepada manusia".
Terimakasih LIPIA, terimakasih Arab Saudi, hanya Allah yang dapat membalas segala jasa kebaikan kalian untuk negeriku tercinta ini...
Karanganyar - Pekalongan, 27 November 2016.
Aminullah Yasin.

MaasyaAllah, haru baca nYa, anak saya tes lipia kemarin tapi tdk lulis tes tulis,tahun ini juha habis lebaran pengumuman UIM keluar,qodarullah juga belum lulus,,berbahagialah antum,bisa kuliah d sana,semoga antum dapat mengamalkan ilmu nya
BalasHapus