Profil Dr. Abdullah Hudhaidh as-Sulami





Dr. Abdullah Hudhaidh as-Sulami 
Sosiolog Lintas Wawasan

Latar belakang di bidang sosiologi tak menghalanginya untuk menelurkan sehimpun pencerahan bagi akademi syariah yang ia pimpin. Citanya, para mahasiswa Muslim bisa memahami berbagai disiplin ilmu, tanpa melupakan spesialisasi yang digeluti. 

Hawa panas di kawasan Buncit Raya, Jakarta Selatan, hari itu tak begitu menyengat. Cuma asap knalpot yang berjejal di udara, seakan menjadi tradisi di Ibu Kota. Selasa dua pekan lalu adalah kesempatan berjumpa dengan Direktur Lembaga mu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Dr H Abdullah as-Sulami. Tak ada kesan birokrasi bertele-tele ketika menemui doktor bidang sosiologi dari Hull University, Yorkshire, Inggris (2001) ini. Di kantorya yang terletak di lantai empat gedung kembar berwarna biru, aura kesibukan begitu melekat padat. Padahal, hari itu para Mahasiswa LIPIA telah memulai libur panjang tiga bulan lamanya, usai berkutat dengan serangkaian ujianh yang melelahkan kepala.

Kertas dan berkas bertebaran dibidang meja. Pesawat telepon berdering-dering, nyaris tak berjeda, seakan tak mengizinkannya untuk menelaah sehampar berkas di hadapannya. Tambah lagi pegawai dan dosen yang sesekali masuk ke ruangannya, tanpa periu mengetuk pintu. Serius tapi akrab. 

Bagi mantan wakil ketua Departemen Soslologi dan Pelayanan Sosial Universitas Imam Muhammad bin Saud (UIMS) ini, Indonesia tidaklah asing. Sebelum datang, ia banyak membaca tentang Indonesia, selain. berinteraksi dengan warga Indonesia yang bekerja di Arab Saudi. "Ketika kami datang ke Indonesia, kami tidak kaget. Akhlak yang baik, santun dan lemah lembut, penghargaan dan saling penghormatan. Kami tidak merasa asing," ujamya sambil tersenyum hangat. 

Setibanya di Jakarta, ia makin rajin menelaah tentang masyarakat Indonesia. Bukan hal aneh, mengingat spesialisasinya di bidang sosiologi yang memang berkutat dengan tabiat masyarakat. Yang pasti, memimpin sebuah akademi syariah yang berusia lebih dari 25 tahun bukan pekerjaan gampang baginya.

"Ketika seseorang ke luar negeri, lalu memimpin sebuah lembaga yang telah memberikan banyak pelayanan pada masyarakat, maka beban itu menjadi berganda," ujarnya, dengan nada lirih. 

Toh, ayah tiga anak ini tak membiarkan dirinya larut dalam himpitan beban. Langkah pertama yang ia tempuh adalah menyusun skala prioritas dan evaluasi yang dimulai dari perbaikan internal. Langkah berikutnya, mempererat hubungan LIPIA dengan masyarakat lokal, khususnya dengan berbagai lembaga dan yayasan Islam. Selanjutnya adalah berupaya mengembangkan masyarakat, pengajaran dan keahlian mahasiwa dengan memanfaatkan teknologi modern. 

Contohnya, internet. la merencanakan membuka pendaftaran mahasiswa lewat internet. "Kami tahu banyak pelajar yang tinggal jauh, namun ingin bersekolah di LIPIA. Datang ke Jakarta, kadang merupakan beban bagi mereka. Karena itu, mereka tidak perlu datang ke LIPIA, kecuali untuk ujian sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku," ujar ustadz yang biasa mengisi acara di stasiun televisi dan radio Arab Saudi ini.

Program lain berbasis teknologi yang tengah ia rancang adalah membuat jaringan perpustakaan di internet. Ini dimaksudkan agar pelajar yang ingin datang ke perpustakaan, mengetahui ada tidaknya buku yang dicari. Langkah ini sangat perlu, mengingat perpustakaan LIPIA tercatat sebagal perpustakaan berbahasa Arab torbesar di Asia Tenggara, dengan koleksi tebih deri 18 ribu judul. 

Masih ada 8.000 judul lagi di gudang. Peroustakaan tak terbatas untuk mahasiswa japi terbuka untuk yang lain dan terbuka dan pukut 08.00 pagi sampai pukul 20.00 malam tututnya, Besarnya peminat perpustakaan ini bisa ditunjukkan dari volume peminjaman buku tahun lalu yang mencapai angka 3.200.

Lelaki kelahiran Makkah, 3 Rajab 1389 H ini mengharapkan agar para mahasiswa tidak "gatek" alias gagap teknologi, Karenanya, mereka perlu dibekali berbagai keahlian seperti komputer, intemet, manajemen, komunikasi, dan lainnya, meski mereka menekuni bidang syariah. "Ke depan, kita berupaya mengembangkan LIPIA dan mereformasinya- jika istilah ini tepat- dengan memanfaatkan teknologi modern. Bukan untuk bermewahan, tapi untuk efektivitas program, tegasnya. 

Langkah lain yang ia tempuh adalah mengembangkan metode interaksi dengan. berbagal iembaga di Indonesia. Kalau dulu hanya terbatas pada kerja sama dalam pengajaran, kini dikembangkan pada penyusunan silabus pengajaran bahasa Arab Tercatat LIPIA bekerjasama, antara lain dengan Akademi Bahasa Kepolisian RE. Pusat Pendidikan Departeman Luar Negeri RI. "Kita punya tekad baru untuk meningkatkan pelayanan LIPIA pada masyarakat, khususnya dalam pengajaran bahasa Arab, tegasnya, optimis. Karena tu, la juga merencanakan membuka fakultas syariah untuk putri. 

Sejak didirikan tahun 1980 silam, LIPIA bertujuan untuk menyebarkan ilmu syariah dan meningkatkan pengajaran bahasa Arab. Lembaga ini tenwujud lewat kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi. Tak 2enya gratie, mahasiswa mendapat bea siswa bulanan-bahkan di saat libur panjang sekalipun-ditambah fasilitas buku, wisma dan pelayalanan dokter dan obat-obatan, Tercatat, sekitar 7000 alumnus, putra darn puts 10ah ditelurkan sampai saaft ini .

Dangan asia yang merayap tua seperti LIPIA di bawan kepemimpinan Dr Abdullah berupaya melakukan sejumlah terobosan, antara lain rencana membuka program Pascasarjana. Hal ini tengah dikaji. Apakah bertempat di LIPIA atau bekerjasama dengan sejumlah Universitas. Tujuannya agar mendapat ijazah yang akui di Indanesia," tegas akademisi yang aktif melakukan riset selama menjadi dosen di UIMS Ini. 

Sebagai institusi, LIPIA sangat terbuka oada berbagai institusi pemerintah maupun nonpemerintah. "Kita terbuka pada oihak lain. LIPIA adalah bagian dari masyarakat Indonesia," ujamya, hangat. Permyataannya bukan sekadar basa-basi. Semua pihak telah diundang untuk mengetahui berbagai program yang ada. Banyak para pejabat pemerintah RI yang berkunjung. antara lain dari MPR, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, dan lainnya. "Tahun ini saja (Januari-Mei, red), ada ebih dari 150 kunjungan. Baik dari Jakarta maupun luar Jakarta, seperti Sulawesi, Surabaya, Solo dan lainnya." 

Menilik hasil yang ditelurkan LIPIA, pemerintah Indonesia telah meminta agar dibuka cabang di berbagal daerah. "Ke dopan, kita berencana membuat cabang LIPIA di daerah-daerah. Penentuan tempatnya dilakukan setelah mengkaji tingkat kebutuhannya dan berkoordinasi dengan permerintah Indonesia dan pemerintah Arab Saudi, tegas As-Sulami. 

Bersemangat dan enerjik. Dua kesan Yang terpancar dari sosok doktor yang hobi joging, renang dan bulu tangkis Ini. Peraih gelar master dan Bradford University, Yorkshire Inggris (1999) ini tak hanya fasih berbicara tentang sehimpun gegasan untuk mengembangkan lembaga yang la pimpin. Idenya menjuntai hingga persoalan umat sejagat.

Sejak remaja ia mengakui sangat kagum pada ulama, antara lain Syeikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah. Meski tak pernah menjadi murid langsung, kecuali lewat kunjungan dan konsultasi dalam banyak hal, ia banyak belajar tentang kelembutan, tawadhu dan kesantunan. “Kami belajar pada sikap tawadhu, pemikiran dan ajakan beliau agar kaum Muslimin bersatu dalam berpegang pada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, pada akhlak dan muamalahnya pada orang lain, bahkan ketika berbeda pendapat dengan orang lain," tegasnya. 

la mengharapkan agar para palajar Mus-llim tak hanya mempelajari satu bidang ilmu tertentu. Sebagai Muslim, apa pun disiplin ilmunya, juga harus mempunyai bekal di bidang syariah. Selain itu, berbagai spesialisasi ilmu kedokteran, sosial, ekonomi, politik, dan lainnya yang sangat dibutuhkan umat, harus dikuasai. "Peran umat Islam dan pera- daban Islam adalah ikut bekerjasama dalam membangun pemikiran kemanusiaan," tegas as-Sulami. 

Untuk itu, ia berpesan, "Kita butuh saling dukung dan kerja sama serta persatuan antara umat Islam. Kita harus kembali pada agama, ulama, dan para pemimpin kita." 

Dalam proses ini, ia melihat media memainkan peranan penting. "Dunia membutuhkan sosok-sosok jurnalis yang obyektif dan cermat pada realitas, tidak punya sikap rasialis atau kebencian terhadap pihak lain. Risalah junalisme adalah risalah Islam. Kita membutuhkan media massa yang mempunyai kemampuan dan keahlian untuk mentransfer berita secara obyektif dan amanah," ujar sosiolog yang rajin berkecimpung di lapangan ini, penuh semangat. 

Waktu jua yang menggamit pamit, beberapa saat menjelang Ashar tiba. Teriring harapannya untuk kebangkitan Indonesia. "Indonesia adalah bangsa yang hidup, bergerak dan mempunyai nilai-nilai pertumbuhan dan kemajuan. Saya yakin, jika ada kerja sama dengan dunia Arab dan Islam, akan terwujud kemajuan Indonesia sebagai Macan Asia. Kita berharap Indonesia menjadi negara maju, kuat dan berjuang membela seluruh umat Islam." Amin ya Mujiibas-saailin. 

Sumber: SABILI. No.24 TH.XIII 15 Juni 2006/ 18 Jumadil Akhir 1427.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Seputar Pendaftaran LIPIA Jakarta

Menjadi Mahasiswa LIPIA

Kumpulan Materi & Soal tes LIPIA Semua Jurusan